Ratusan ribu kaum muslimin memadati pelataran Monumen Nasional
(Monas) pada Rabu (05/08/09), mereka datang dari berbagai wilayah di
Jabodetabek untuk menghadiri acara yang digagas oleh Majelis Rasulullah
SAW pimpinan Habib Munzir Bin Fuad Al Musawa. Acara yang digelar
bertepatan dengan malam Nisfu Syaban tersebut bertujuan untuk
menghidupkan salah satu malam mulia dengan doa dan munajat juga untuk
memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh bangsa, hingga
kemudian acara tersebut diberi tajuk “Doa Untuk Bangsa”.
Beberapa Pejabat tampak hadir, seperti Wakil Presiden RI, Jusuf
Kalla. juga Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo. Serta para Habaib dan
Ulama. Juga beberapa tamu undangan dari Negara tetangga.
Acara dimulai dengan pembacaan Surah Yasiin sebanyak tiga kali, dan
setiap selesai satu kali pembacaan Surah Yasiin tersebut, Habib Munzir
memimpin doa khusus malam nisfu syaban. Suara Habib muda berusia 36
tahun itu begitu lantang dan syahdu membuat ratusan ribu jamaah larut
dalam kekhusukan, terasa betul suasana khidmat memenuhi lapangan monas.
Setelah pembacaan Surah Yasiin, acara dilanjutkan dengan pembacaan
Maulid Adhiyya Ul’lami, Riwayat hidup Manusia Termulia Rasulullah SAW
yang ditulis oleh Al Musnid Al Habib Umar Bin Hafidz itu seolah sudah
begitu lekat dengan jamaah yang rata-rata berusia muda, terbukti dengan
gemuruh suara jamaah yang mengikuti pembacaan bait demi bait syair
riwayat tersebut. Air mata kerinduan pada Manusia Termulia Rasulullah
SAW menitik saat prosesi yang dikenal dengan Mahallul Qiyam, kerinduan
makin terasa di tengah banyak jamaah yang histeris meneriakan kerinduan
mereka.
Setelah beberapa rangkaian acara, Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla
berkesempatan memberikan sambutannya. Inti dari sambutan Beliau, yaitu
dukungan beliau untuk perkumpulan-perkumpulan yang mendatangkan
kesejukan dan kedamaian melaui dzikir dan doa bersama.
Tiba kemudian waktunya Habib Munzir Al Musawa memberikan Tausyiahnya,
selain mengungkapkan perihal keutamaan Malam Nisfu Syaban. Habib
Munzir juga mengungkapkan soal kelembutan Rasulullah SAW. Hal ini
seolah menjawab berbagai tindak kekerasan atas nama agama yang
belakangan terjadi di tanah air. “Islam adalah kesatria, bukan
pengecut, jika musuh memerangi dengan senjata maka perangi dengan
senjata, jika dengan siasat maka perangi dengan siasat. jika mereka
memerangi dengan harta maka perangilah juga dengan harta”, Ungkap Beliau dengan penuh semangat.
Kemudian Habib Munzir juga mengemukakan salah satu bukti kelembutan
Rasulullah SAW melalui salah satu riwayat tentang pemuda yahudi yang
ingin berkhidmat di rumah Rasulullah SAW . Rasulullah SAW menerimanya
dengan tangan terbuka, beliau tidak menghardik dan mengusirnya atau
memaksanya masuk islam. Habib Munzir terdiam sesaat kemudian dengan
suara keras bertanya “Adakah orang yang lebih benci pada kekufuran melebihi Muhammad SAW?”
. Namun begitu Beliau SAW menerima pemuda kafir yahudi tersebut, bahkan
tinggal di rumah Beliau SAW, sampai kemudian pemuda itu sakit, Rasul
SAW menjenguknya dan di sakaratul maut pemuda kafir yahudi itupun
memeluk islam, demikian dalam Shahih Bukhari.
Menjelang akhir tausyiahnya, Habib Munzir juga mengangkat sebuah
kisah tentang Abdullah bin Ubay bin Salul, gembong munafik di Madinah
yang berhati kufur, Islam hanyalah kedok baginya, ia selalu mengabarkan
rahasia muslimin pada kuffar quraisy, jika Rasulullah SAW berangkat
berjihad maka ia berusaha menghalangi dengan kata kata fitnah, namun
diam diam ia kabarkan bahwa jumlah pasukan muslimin dan seluruh rahasia
kepada kuffar quraisy, jika Rasul SAW pulang selamat maka ia menyambut
Rasulullah SAW dengan sambutan hangat, menangis gembira, dan mohon
ampunan karena tak ikut peperangan, namun ia tetap dalam kemunafikannya.
Saat ia sakaratul maut dan wafat maka Rasulullah SAW datang
menyolatinya, menguburkannya, dan anaknya yang juga bernama Abdullah
adalah orang yang beriman, dia meminta baju Rasulullah SAW untuk menjadi
kain kafan ayahnya yang munafik itu, Rasulullah SAW memberikannya, lalu
turun ayat bahwa Allah tak akan mengampuni Abdullah bin Ubay bin Salul,
Rasul SAW berkata pada Umar RA “Allah melarangku memohonkan
pengampunan untuknya, walau tujuh puluh kali ku istighfari pun dia tetap
tak akan diampuni Allah, namun jika seandainya Allah akan
mengampuninya jika kuistighfari lebih dari tujuh puluh kali , maka akan
kuistighfari ia lebih agar diampuni Allah, namun aku mengetahui memang
Allah tak mau memaafkannya" (Shahih Bukhari). Demikian akhlak penuh kelembutan yang ditunjukkan Idola termulia kaum muslimin, Rasulullah SAW.
Di penghujung acara, Habib Munzir kembali memimpin Dzikir Lafdhal
Jalallah sebanyak seribu kali. Suasana khusuk dan syahdu kembali
memenuhi udara malam di sekitar lapangan monas, ratusan ribu kaum
muslimin menyebut nama ALLAH SWT secara serentak. Menumpahkan segala
hajat dan kerinduan pada Sang Maha Pencipta, air mata tak terbendung
lagi malam itu. air mata penyesalan, air mata memohon pengampunan dan
juga air mata penuh harapan. Semoga acara semacam ini menjadi oase
penyejuk di tengah gersangnya keadaan negeri muslimin terbesar di dunia
ini, dan juga Allah SWT mempercepat datangnya kemakmuran di negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar