Siang hari sabtu 13 Juni 2009, detik detik pamitanku pada Guru, aku
bersimpuh dihadapan Guru, samudera ilmu nan luas.., Guru yg sangat
lembut dan berwibawa, seakan akan langit dan bumi sirna ketika aku
memandang kelembutan dan kedamaian diwajahnya, berkata Anas bin Malik ra : Belum pernah kami melihat pemandangan yg lebih menakjubkan dari wajah sang Nabi saw (Shahih Bukhari)
Itu adalah dimasa Anas bin Malik ra, namun dimasaku aku menemukan cahaya keindahan itu, sebagaimana
sabda Nabiku saw : "Maukah kalian kuberitahu siapakah yg mulia diantara
kalian?, mereka adalah yg jika dipandang wajahnya membuatmu ingat pada
Allah" (HR Bukhari pada Adabul Mufrad).
Kota Tarim, Hadramaut, Yaman adalah kota kedamaian, cuaca panas terik
yg bisa mencapai 45 derajat celcius, namun terik matahari itu sirna dan
sejuk dengan keberadaan para ulama shalihin berwajah sejuk dan damai,
Mereka lepas dari segala racun keduniawian, mereka lepas dari segala
ketamakan, mereka lepas dari sifat iri dengki, sombong dan segala
penyakit hati yg hina, mereka selalu membawa kedamaian dimanapun mereka
berada, airmata yg selalu mengalir dalam doa dan munajat, telapak tangan
yg selalu terangkat kehadirat Yang Maha Suci dan Maha Abadi, membuat
tangan tangan mereka berhak diperebutkan dan diciumi untuk mendapatkan
keberkahan ilahiah dari munajat dan doa mereka, Selalu berlemah lembut
bahkan pada para pendosa dan hamba yg berlumur kesalahan..
Aku bersimpuh dihadapan Guru, wajahku menunduk dan sangat dekat
diahadapannya, airmataku terus mengalir tak kunjung henti jika memandang
wajah Guru..
Airmata cinta..
Airmata haru pd kelembutannya..
Airmata semangat bakti padanya dg jiwa dan raga..
Airmata rindu dan selalu ingin bersamanya..
Airmata penyesalan atas perbuatan yg mengecewakannya..
Kuangkat kepalaku lagi menikmati wajah terindah dalam hidupku..
Wajah yg membuatku ingat pada Allah..
Wajah yg selalu memancarkan cahaya khusyu dan damai..
Wajah yg selalu berusaha menyantuni semua hamba ilahi..
Sang Guru tersenyum lembut.., membuatku menunduk dan semakin deras
airmataku mengalir haru dan asyik dalam cinta dan bakti padanya..
Seraya berkata lembut : Bagaimana keadaan Jamaah di Indonesia?
Aku terdiam dan tak mampu menjawab..
Seraya berkata lembut : Semoga mereka dalam kebaikan dan kedamaian..
Semoga semakin banyak yg bertobat dan kembali kepada keluhuran..
Aku menjawab : Amiin..
Hanya itu yg bisa keluar dari bibirku..
Sang Guru berkata lagi : Kabarkan padaku..
Aku menangis tersedu sedu dan berkata : Mereka semakin banyak.., mereka semakin banyak tuanku.., saya risau tuanku..
Sang Guru tersenyum.. terdiam.., lalu berbisik lembut : apa yg kau risaukan..?
Aku berkata : musuh semakin banyak… saya risau mereka akan merusak
perjuangan kita..., saya tidak mau memerangi mereka.., saya selalu
memaafkan mereka sebelum mereka meminta maaf.., namun saya risau pula
karena mereka terus ada..
Sang Guru berkata lirih : kita kelompok damai yg tidak memusuhi.., semoga Allah menenangkan kita dari gangguan musuh..
Aku menunduk.. amiiin.. bisikku.., airmata berjatuhan semakin deras..,
wajah indah dan damai itu kembali melantunkan wejangan wejangan lembut dg suara lirih dan terkadang berbisik lembut..,
hingga akhirnya Guru berkata lembut dan pelahan : Adakah yg masih mengganjal dihatimu..?
Aku menunduk.. airmata telah berjatuhan membasahi permadani.., aku
diam dan tak berani berucap.., dan beliau menatapku dg cermat dan
risau.., dahi Guru berkerenyit tanda beliau benar benar menanti
jawabanku.., maka aku berkata lirih.. : mereka dengki pada saya..
saya sedih mengapa mereka dengki pada saya.., dan kemajuan yg semakin
pesat justru semakin memicu hal ini.., maka saya tidak tahu harus
bagaimana..
Beliau tersandar dan tersenyum.. beberapa detik tanpa suara, lalu
beliau melantunkan ayat ayat kejadian Nabi Yusuf as yg didengki oleh
saudara saudara kandungnya.. lalu beliau berkata lirih : bahkan anak anak para nabi pun ada yg tidak selamat dari sifat dengki pada saudaranya..
Lalu beliau tersenyum.. senyum yg menghibur jiwa yg risau dan resah..,
Aku tercenung.. lalu beliau menyadarkanku dari lamunanku dg
menghentakkan sebuah siwak kepangkuanku.., siwak dipukulkan
kepangkuanku.. tanda kedamaian dan keakraban yg sangat menyejukkan..
Aku berkata lirih.. : apa yg harus saya lakukan..?
Maka Guru berbisik lembut : kita adalah kelompok damai, kita
adalah kelompok yg selalu berdoa, kita berusaha dg naungan doa, kita
bekerja dg naungan doa, kita beraktifitas dengan naungan doa..
Doa kepada Allah.. doa kepada Allah.., doa kepada Allah..
Aku menunduk.. mulai kurasa bahwa aku telah banyak menyita waktu Guru.., aku berbisik disela sela tangis…, saya pamit……
Guru menjawab : kutitipkan engkau pada Allah…..
Aku roboh dalam tangis dan kubenamkan wajahku dipangkuan Guru, aku
akan kembali berjuang dalam dakwah.., aku akan berhadapan dg segala apa
apa yg semoga Allah meringankan segala bebanku..
beliau menepuk bahuku dg akrab untuk menyemangatiku, akupun
bangkit.., berdiri mundur tanpa berani membelakangi.. sambil terus
menunduk tanpa berani memandang wajah damai itu lagi.., sampai ke pintu
barulah kubalikkan tubuhku..
Disaksikan terik matahari dhuhur kutinggalkan kota Tarim..
Kota kerinduan, kota kedamaian.. kota tempat kekasihku dan Guru Muliaku
berada, sang pembimbing diriku menju jalan keluhuran, keluhuran dunia
dan keluhuran akhirat..
Pesawatku mendarat di Bandara Soekarno hatta pada Ahad …..
Oh Jakarta.., gemetar dan penuh risau kulangkahkan kaki turun dari
pesawat menginjak Bumi Jakarta.., beban.. tanggung jawab.., massa..,
kendala.., subhanallah..,
lalu aku membatin.. wahai nafas nafasku.. kau adalah ajang bakti
cintaku pada Guru, padanyalah kubaktikan Jiwa ragaku, yg dengan itulah
Matahari keridhoan Allah dan Rasul Nya terbit sepanjang waktu bagiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar