Kamis, 12 Juli 2012

Sejarah Ke Khalifahan Islam

Abu Bakar menunjuk Umar sebagai penggantinya sebelum kematiannya, dan untungnya, komunitas muslim menerima hal ini. Pengganti Umar, Utsman bin Affan, dipilih oleh dewan perwakilan kaum muslim. tetapi kemudian, Utsman dianggap memimpin seperti seorang "raja" dibandingkan sebagai seorang pemimpin yang dipilih oleh rakyat. Utsman pun akhirnya terbunuh oleh seseorang dari kelompok yang tidak puas. Ali kemudian diangkat oleh sebagian besar muslim waktu itu di Madinah untuk menjadi khalifah, tetapi ia tidak diterima oleh beberapa kelompok muslim. Dia menghadapi beberapa pemberontakan dan akhirnya terbunuh setelah memimpin selama lima tahun. Periode ini disebut sebagai "Fitna", atau perang sipil islam pertama.

Perkembangan Islam

Secara umum Sejarah Islam setelah meninggalnya Nabi Muhammad telah berkembang secara luas di seluruh dunia. Bani UmayyahBani Abbasiyah, dan Kesultanan Utsmaniyah boleh dikatakan penyambung kekuatan Islam setelah pemerintahanKhulafaur Rasyidin.

Nabi Muhammad


Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang sangat mundur. Kebanyakkan orang Arab merupakan penyembah berhala dan yang lain merupakan pengikut agamaKristen dan YahudiMekah ketika itu merupakan tempat suci bagi bangsa Arab. karena di tempat tersebut terdapat berhala-berhala agama mereka dan juga terdapat Sumur Zamzam dan yang paling penting adalah Ka'bah.
Nabi Muhammad saw dilahirkan di Makkah pada Tahun Gajah yaitu pada tanggal 12 Rabi'ul Awal atau pada tanggal 20 April (570 atau 571 Masehi). Nabi Muhammad merupakan seorang anak yatim sesudah ayahnya Abdullah bin Abdul Muttalib meninggal ketika ia masih dalam kandungan dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal dunia ketika ia berusia 7 tahun. Kemudian ia diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal ia diasuh juga oleh pamannya yaitu Abu Talib. Nabi Muhammad kemudiannya menikah dengan Siti Khadijah ketika ia berusia 25 tahun. Ia pernah menjadi penggembala kambing.
Nabi Muhammad pernah diangkat menjadi hakim. Ia tidak menyukai suasana kota Mekah yang dipenuhi dengan masyarakat yang memiliki masalah sosial yang tinggi. Selain menyembah berhala, masyarakat Mekah pada waktu itu juga mengubur bayi-bayi perempuan. Nabi Muhammad banyak menghabiskan waktunya dengan menyendiri di gua Hira untuk mencari ketenangan dan memikirkan masalah penduduk Mekah. Ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun, ia didatangi oleh Malaikat Jibril. Setelah itu ia mengajarkan ajaran Islam secara diam-diam kepada orang-orang terdekatnya yang dikenal sebagai "as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk agama Islam)" dan selanjutnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622, Nabi Muhammad dan pengikutnya pindah dari Mekah ke Madinah. Peristiwa ini dinamai Hijrah. Semenjak peristiwa itu dimulailah Kalender Islam atau kalender Hijriyah.
Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad saw. dengan hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam.

Materi Akuntansi Kelas XI

Akuntansi Adalah... 

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis".[1] Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Auditing, satu disiplin ilmu yang terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi, adalah suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini - yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya - mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

Sabtu, 26 Mei 2012

JADWAL KUNJUNGAN HABIB UMAR BIN HAFIDZ DI INDONESIA DESEMBER 2010


Acara yang paling dinanti-nantikan itupun akhirnya tiba. Kunjungan rutin tahunan Habib Umar bin Hafidz ke negara Indonesia yang rencananya akan dijadwalkan pada akhir bulan Desember 2010 nanti.

Berbagai persiapan dan kesibukan pun sudah mulai terlihat untuk menyambut kedatangan sang guru mulia. Tidak tanggung-tanggung Majelis Rasulullah SAW menyebar puluhan baliho sampai ke Pekalongan, Jawa Tengah. Acara tabligh akbar yang menjadi jadwal rutin disetiap malam pergantian tahun baru rencananya akan digelar di dalam stadion utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta. Dan sebelumnya juga akan digelar tabligh akbar di Monumen Nasional Jakarta.

Berikut jadwal kunjungan Habib Umar bin Hafidz selama di Indonesia:
Kamis, 25 Desember 2010 Tiba di Jakarta

Malam Jumat, 25 Desember 2010 Rauhah di Gedung Dalail Cidodol

Sabtu, 26 Desember 2010 Haul Fakhrul Wujud di Gedung Dalail Cidodol

Malam Minggu, 27 Desember 2010 Tabligh Akbar Majelis Rasulullah SAW di Monas

Malam Rabu, 31 Desember 2010 Tabligh Akbar Majelis Rasulullah SAW di Stadion GBK

Malam Selasa, 3 Januari 2011 Majelis Rasulullah SAW di Masjid Al Munawar Pancoran

Selasa, 4 Januari 2011 Multaqo Ulama Puncak Bogor

Rabu, 5 Januari 2011 Multaqo Ulama Puncak Bogor

Kamis, 6 Januari 2011 Multaqo Ulama Puncak Bogor

Jumat, 7 Januari 2011 Berangkat Menuju Brunei Darussalam

Mohon doa dari segenap muslimin dan muslimat agar acara multi dasyhat selama lebih dari satu minggu ini dapat berjalan dengan lancar. Jadwal acara tersebut diatas masih bisa berubah sewaktu waktu.

Senin, 14 Mei 2012

Dua Sebab Siksa Di Alam Kubur Senin, 05 Maret 2012

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ : إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا (صحيح البخاري)
“Dari Ibn Abbbas Ra berkata, Nabi SAW melewati dua kuburan dan bersabda: “Sungguh keduanya tersiksa, dan bukan tersiksa sebab dosa yang sangat besar, namun salah satunya tidak menutup aurat (membuka auratnya dihadapan orang lain) saat buang air kecil, dan yang satunya sering mengadu domba orang lain, lalu beliau SAW mengambil sehelai daun yang masih segar, dan membelahnya menjadi dua, dan menaruhnya masing-masing helai di masing masing kubur tersebut, maka orang orang bertanya: Wahai Rasulullah, untuk apa engkau perbuat itu?, maka beliau SAW bersabda: semoga diringankan untuk keduanya sebelum potongan daun ini mengering” (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Memiliki segenap kemuliaan dan keluhuran dan Melimpahkan kepada hamba-hambaNya. Segenap alam semesta di langit dan bumi diciptakan dari ketiadaan, alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat, dan segenap alam yang telah dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala baik yang kita ketahui atau pun yang tidak kita ketahui. Dan dari awal penciptaan makhluk sejak itu pula tercantum bahwa semulia-mulia makhluk adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Allah subhanahu wata’ala telah menjadikan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai gerbang kasih sayang bagi segenap anugerah dan rahmat Allah subhanahu wata’ala, yang mana dengan kebangkitan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hal itu menjadikan rahmat Allah berlimpah dan terbuka untuk kita semua, dan segenap anugerah Allah yang berupa kenikmatan di dunia dan di akhirat adalah bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala, dan rahmat Allah subhanahu wata’ala itu telah sampai kepada kita, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari 14 abad yang silam. Yang mana cahaya risalah kenabian berlanjut dari periode ke periode, dari generasi ke generasi, hingga telah lewat 14 abad yang silam akan tetapi sampai saat ini kita masih berada dalam cahaya risalah yang terang benderang, cahaya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketahuilah bahwa kenikmatan dan segala kebahagiaan yang dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala terbagi menjadi dua bagian, yaitu kenikmatan di dunia dan kenikmatan di akhirat. Dan sungguh beruntung mereka yang menjadikan kenikmatan di dunia sebagai pembuka kenikmatan di akhirat kelak, sebaliknya merugilah mereka yang menjadikan kenikmatan dunia sebagai alat untuk melewati kehidupan yang membuat mereka jauh atau bahkan melupakan Allah subhanahu wata’ala karena terlarut hanya dalam kenikmatan dunia, sehingga mereka menghadapi kehidupan dunia yang fana dengan penuh kenikmatan, dan kehidupan akhirat yang kekal akan dihadapi dalam kehinaan, wal’iyadzubillah (semoga Allah melindungi dan menjauhkan kita dari hal tersebut).
Senantiasalah ingat akan firman Allah subhanahu wata’ala:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ( آل عمران : 185 )
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. ( QS. Ali Imran : 185 )
Kehidupan dunia hanyalah kehidupan fana yang penuh dengan permainan, sandiwara dan tipuan-tipuan belak. Maka dalam kehidupan fana yang penuh dengan permainan dan tipuan ini, Allah subhanahu wata’ala menerbitkan matahari penerang kehidupan, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana telah Allah sebutkan dalam Al qur’an sebagai “ Penyeru kepada Allah dan pelita yang terang benderang”, sebagaimana firmanNya :
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا ( الأحزاب : 46 )
“Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”. ( QS. Al Ahzab : 46 )
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penyeru manusia ke jalan Allah subhanahu wata’ala dan sebagai pelita yang terang benderang, yang menerangi kehidupan kita dan menyejukkan sanubari kita serta mempermudah segala kesulitan dalam kehidupan kita. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ( الطلاق : 2 )
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” ( QS. At Thalaq: 2 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا ( الطلاق : 4 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” ( QS. At Thaalaq : 4 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا ( الطلاق : 5 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” ( QS. At Thaalaq : 5 )
Dan bagaimana cara kita bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, panutan kita dalam hal ini adalah pimpinan kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang membawa kita kepada keluhuran dan kemudahan, membawa kita kepada ketenangan, membawa kita kepada kesejukan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat, maka panutlah beliau dalam menghadapi kehidupan kita di dunia ini.
Sampailah kita pada hadits luhur, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu waktu melewati dua kuburan, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa kedua penghuni kuburan tersebut sedang disiksa di dalam kuburan mereka, hal ini menunjukkan bahwa beliau mengetahui dan mendengar siksa kubur. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka tidaklah disiksa sebab perbuatn dosa besar, kemudian beliau mengambil selembar daun yang masih basah lalu membelahnya menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian diletakkan di atas kedua kuburan tersebut. Para sahabat yang melihat hal tesebut lantas bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengapa beliau melakukan hal itu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Semoga Allah meringankan siksaan kedua orang ini sebelum daun itu mengering”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa mereka disiksa bukan karena perbuatan dosa yang sangat besar, karena juga dijelaskan dalam riwayat yang lainnya di dalam Shahihul Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah perbuatan dosa yang sangat besar, lantas beliau terdiam dan kemudian berkata : “akan tetapi termasuk dosa besar”, maka untuk mempermudah pemahaman dari hadits tersebut adalah bahwa perbuatan itu bukanlah termasuk dosa yang sangat besar seperti syirik, membunuh, berzina dan yang lainnya, namun hal tersebut termasuk dosa besar di sisi Allah subhanahu wata’ala, dan perbuatan tersebut sering dan banyak diremehkan oleh orang. Perbuatan dosa yang dilakukan kedua penghuni kubur itu, yang pertama adalah tidak menutupi aurat ketika membuang air kecil, yaitu membuang air kecil di hadapan orang lain. Mungkin anak kecil yang belum baligh masih banyak yang membuang air kecil dihadapan orang, namun seorang anak yang sudah baligh seharusnya tidak memperbuat hal tersebut, maka selayaknya bagi setiap orang tua untuk mengajari anak-anaknya agar tidak membuang air kecil sembarangan hingga terlihat auratnya oleh orang lain, dan aurat tidak boleh terlihat bukan hanya ketika membuang air kecil saja namun dalam segala keadaan. Kemudian dosa yang kedua adalah banyak mengadu domba orang lain (namiimah), menukil ucapan Hujjatul Islam Al Imam An Nawawi bahwa makna “Namiimah” adalah menyampaikan ucapan orang kepada yang lainnya kemudian memunculkan kebencian antara satu dengan yang lainnya, sehingga mereka saling bermusuhan akibat perbuatan tersebut. Maka tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat bahwa kedua orang penghuni kubur tersebut adalah ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang ditimpa kesulitan di dalam kubur mereka, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak rela hal itu terjadi atas ummatnya, akan tetapi meskipun mereka telah berbuat dosa namun masih tetap diberi syafaat oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan meletakkan daun di atas kedua kubur tersebut agar diringankan siksa kubur mereka sebelum daun itu mengering. Maka hadits ini menjadi dalil bahwa syafaat nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam tidak hanya ada ketika di hari kiamat saja, namun syafaat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bisa terjadi di alam barzakh (kubur) bahkan di alam dunia, karena beliau sangat peduli terhadap ummatnya dan tidak rela jika kesulitan menimpa mereka, dimana segala sesuatu yang membuat ummatnya sulit atau dalam masalah, maka hal tersebut juga membuat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sulit. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” ( QS. At Taubah : 128 )
Jika diantara kita tertimpa kesulitan atau musibah, maka hal itu juga akan memberatkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau sangat menjaga ummatnya dengan tuntunan-tuntunan mulia beliau agar terjauhkan dari segala kesulitan baik di dunia atau di akhirat, begitu juga dengan doa-doa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk ummatnya dari zaman beliau hingga di akhir zaman, serta dengan syafaat kubra kelak di hari kiamat. Inilah indahnya nabi kita, yang paling peduli kepada kita, di saat semua kekasih kita melupakan kita, orang-orang yang mencintai kita akan meninggalkan dan melupakan kita jika mereka bukanlah termasuk orang-orang yang shalih, namun nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan pernah melupakan ummatnya selama mereka masih mengakui kalimat syahadat :
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهَ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
“ Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah”
Meskipun barangkali diantara mereka masih ada yang akan melewati kehidupan yang sulit kelak di akhirat, namun kesulitan itu tidak akan abadi karena semua kesulitan ummat ini akan berakhir dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita berharap agar semua kesulitan kita di dunia dan di akhirat termudahkan dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Di majelis yang mulia ini, majelis kecintaan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena majelis ini tidak kita buka dan tidak kita tegakkan kecuali untuk menuntun ummat menuju cinta kepada Allah subhanahu wata’ala dan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh sebab itu majelis ini diberi nama dengan “Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam” , serta untuk menuntun ummat menuju kebahagiaan dan keluhuran dengan bersatu dalam satu barisan bersama para salafusshalih, para muqarrabin, para awliyaa’ dan para syuhadaa’ dan shalihin dan bersama pemimpin seluruh orang-orang yang mulia, pemimpin semua manusia sejak zaman nabi Adam As, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana seluruh alam semesta mengenal dan mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali para pendosa dari kalangan manusia dan jin yang tidak mengenal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Shahihul Bukhari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda seraya menunjuk kepada gunung Uhud :
إِنَّ أُحُدًا جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ
“ Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang mencintai kami, dan kami pun mencintainya”
Gunung Uhud hanyalah tumpukan batu namun ternyata juga mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan cintanya dijawab oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih lagi cinta kita kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seharusnya melebihi cinta gunung Uhud itu, dan kepedulian kita terhadap beliau dan dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan berganti dengan cinta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita, serta limpahan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala berupa kemuliaan-kemuliaan yang Allah berikan untuk kita dalam kehidupan dunia yang dari sana akan muncul kemuliaan dalam kehidupan akhirat kelak, insyaallah.
Dan layak kita fahami bahwa dalam kehidupan ini, kita telah mendapatkan anugerah besar yang berupa kalam Allah subhanahu wata’ala, yaitu Al qur’anul Karim yang merupakan surat kasih sayang Allah yang menuntun kita untuk mencintai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala yang dibawa oleh sang pembawa Al qur’an sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana Al quran itu berisi kalimat-kalimat suci dari Allah subhanahu wata’ala yang layaknya menerangi hari-hari dalam kehidupan kita, layaknya menerangi bibir kita, layaknya menerangi rumah-rumah kita, dan selayaknya menerangi jiwa-jiwa kita. Namun saat ini lihatlah bagaimana keadaan rumah-rumah kita, barangkali di sebagian rumah telah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tidak terdengar suara lantunan kalimat-kalimat Allah dibacakan, tidak ada orang yang membaca Al qur’an di dalamnya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اَلْبَيْتَ الَّذِيْ يُقْرَأُ فِيْهِ اْلقَرْآنُ يَتَرَاءَى لِأَهْلِ السَّمَاءِ كَمَا تَتَرَاءَى النُّجُوْمُ لِأَهْلِ اْلأَرْضِ
“ Sesungguhnya rumah yang didalamnya dibacakan Al quran maka akan terlihat oleh penduduk langit (malaikat) sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi”
Rumah-rumah yang didalamnya dibacakan Al qur’an tampak terang benderang oleh penduduk langit, maka bagaimanakah keadaan rumah-rumah kita, apakah terlihat gelap seperti gelapnya malam, ataukah terlihat berpijar seperti bintang dan terlihat indah dari langit oleh para malaikat Allah. Maka terangilah rumah-rumah kita dengan Al qur’an, terangilah bibir-bibir kita dengan kalimat-kalimat Allah subhanahu wata’ala.
Alhamdulillah di majelis ini kita telah membuka Halaqaturrasul yang ditujukan untuk mereka yang ingin membaca Al qur’an secara berkelompok, dimana membaca Al qur’an sendiri pun hal itu adalah baik, namun jika membacanya secara berkelompok bersama dengan orang lain maka kemuliaan yang didapati pun akan bertambah banyak, dimana setiap orang akan menjadi pengajar, pelajar, pendengar dan pembaca Al qur’an. Seseorang akan menjadi sebagai pelajar, karena ketika ia membaca Al qur’an dan dalam bacaannya terdapat kesalahan maka orang lain akan membenarkan bacaannya, maka dari pembetulan itu ia telah belajar. Dan ia disebut sebagai pengajar ketika ia membetulkan bacaan orang lain yang salah atau kurang tepat, serta disebut pula sebagai pendengar ketika seseorang mendengarkan orang lain membaca sehingga pendengarannya mendapatkan cahaya dari bacaan itu, dan disebut sebagai pembaca ketika seseorang mendapatkan bagian untuk membaca sehingga bercahayalah bibirnya dengan bacaan tersebut, dan hal itu merupakan hal yang sangat agung di sisi Allah subhanahu wata’ala, demikianlah tujuan dari dibentuknya Halaqaturrasul ini sebagaimana yang diinstruksikan oleh guru mulia kita untuk dimakmurkan di Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa sebaik-baik manusia yang berjalan di atas bumi adalah para pengajar Al qur’an, dimana jika ia mengatakan kepada seorang anak kecil untuk mengucapkan بسم الله الرحمن الرحيم kemudian anak itu mengucapkannya, maka Allah akan menentukan untuk anak itu, dan orang yang mengajarnya serta untuk kedua orang tua anak itu pembebasan dari api neraka. Maka terlebih lagi jika yang diajarkan adalah Al qur’an hingga khatam, seperti pembacaan Al qur’an secara berkelompok yang didalamnya tercakup pembelajaran dan pengajaran Al qur’an.
Barangkali hari-hari kita terlewatkan dan pendengaran dan pengucapan kita ada pada hal-hal yang tidak diridhai Allah, bagaimana keadaan bibir kita, telinga kita, pengucapan kita dan pendengaran kita akan hal-hal yang diridahi Allah subhanahu wata’ala. Seberapa banyak kita mendengar atau membaca kalimat-kalimat Allah yang begitu indah, dan seberapa banyak kita mengucapkan dan mendengarkan kalimat-kalimat selain Al qur’an, seberapa peduli kita akan kalimat-kalimat Allah dan seberapa peduli kita terhadap selain Al qur’an. Mungkin banyak dari sebagian rumah-rumah kita yang jauh dari cahaya Al qur’an Al Karim, namun sebagian dari kita telah menata waktu dalam setiap harinya, misalnya ketika berada di rumah pada jam sekian akan acara ini dan itu di Tv maka aku harus mendengarkannya dan yang lainnya, kesemuanya ditata dengan tertib agar tidak terlewatkan padahal hal-hal tersebut hanyalah kefanaan yang sia-sia dan tiada akan menuntun kepada keluhuran namun barangkali menuntun kepada kehinaan. Akan tetapi adakah seseorang yang peduli untuk mengatur waktunya pada jam tertentu untuk membaca Al qur’an?, sebagaimana waktu sebelum masuk waktu subuh sangat dianjurkan untuk membaca Al qur’an, begitu pula sebelum terbitnya matahari dan setelah terbenamnya matahari, bahkan di waktu kapanpun dan dimana pun disunnahkan untuk membaca Al qur’anul Karim, kecuali di tempat-tempat yang hina seperti kamar mandi dan lainnya. Maka terangilah waktu-waktu kita dengan cahaya Al qur’an, yang mana Al quran adalah kalam Allah subhanahu wata’ala yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ingatlah bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai lambang cinta Allah subhanahu wata’ala, lambang kasih sayang Allah subhanahu wata’ala terhadap hamba-hambaNya, dan dengan kasih sayang itu Allah memberikan kenikmatan di dunia kepada semua manusia yang beriman atau pun yang tidak beriman, dan terdapat pula kasih sayang dan kelembutan yang hanya diberikan kepada manusia yang beriman kelak di akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari bahwa ketika Allah subhanahu wata’ala telah selesai membangun ‘arsy dan seluruh alam semesta, kemudian Allah menuliskan di atas ‘arasy :
إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ
“ Sesungguhnya rahmatKu (kasih sayang) mengalahkan kemurkaanKu”
Oleh sebab itu layaklah jika para shalihin dan para wali Allah dan orang-orang yang beriman sangat mencintai dan rindu kepada Allah subhanahu wata’ala lebih dari kecintaan mereka kepada selain Allah subhanahu wata’ala. Syaikh Ibrahim Al Khawwas Ar dalam kitab Ihyaa’ Ulumuddin sambil memegang dadanya dan mengalir air matanya beliau berkata :
وَاشَوْقَاهْ لِمَنْ يَرَانِيْ وَلاَ أَرَاهُ
“ Sungguh rindunya aku pada Yang melihatku (Allah) dan aku tidak melihatNya”
Dan kerinduan orang-orang shalih seperti mereka ditumpahkan dalam munajat yang sangat agung dan sering kita dengar, yaitu :
اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا النَّظَرَ إِلَى وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ
“ Ya Allah limpahkanlah rizeki kepada kami untuk memandang dzatMu yang mulia”
Ketika kita telah mencintai Allah subhanahu wata’ala, maka kita haruslah menyayangi hamba-hamba yang telah diciptaNya, diantara meraka adalah keluarga, kerabat kita, tetangga dan teman-teman kita, dan yang lainnya. Orang yang menyayangi segenap ummat Islam dengan menginginkan untuk tidak datang musibah atas mereka, maka ia adalah pemilik jiwa yang sama dengan jiwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, satu pemikiran dan satu niat dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana beliau senantiasa berdoa untuk ummatnya agar terjauhkan dari segala musibah.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjauhkan musibah dari kita dan semua ummat ini, serta mengabulkan segala hajat kita dan semua hajat ummat ini, Ya Rahman Ya Rahiim permudahlah segala kesulitan dan bukalah segala pintu keluhuran, angkatlah segala penghalang kami untuk mencapai kemuliaan, keluhuran, dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Wahai Yang Maha Memiliki dunia dan akhirat dan kebahagiaannya limpahkanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari api neraka…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Mandi Tujuh Sumur Sunnah Rasulullah SAW Senin, 12 Maret 2012

عن عائشة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : بَعْدَمَا دَخَلَ بَيْتَهُ وَاشْتَدَّ وَجَعُهُ هَرِيقُوا عَلَيَّ مِنْ سَبْعِ قِرَبٍ لَمْ تُحْلَلْ أَوْكِيَتُهُنَّ لَعَلِّي أَعْهَدُ إِلَى النَّاسِ وَأُجْلِسَ فِي مِخْضَبٍ لِحَفْصَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ طَفِقْنَا نَصُبُّ عَلَيْهِ تِلْكَ حَتَّى طَفِقَ يُشِيرُ إِلَيْنَا أَنْ قَدْ فَعَلْتُنَّ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى النَّاسِ (صحيح البخاري)
Dari Aisyah ra berkata, sabda Rasulullah saw: "Ketika Nabi saw telah masuk ke dalam rumah dan sakit beliau semakin parah , beliau bersabda: "Siramkan air kepadaku dari tujuh geriba yang belum dilepas ikatannya, sehingga aku dapat memberi pesan kepada orang-orang". Kemudian nabi saw didudukkan di dalam ember besar milik Hafsah, istri Nabi SAW maka kami segera menyiramkan air kepada beliau hingga beliau memberi isyarat kepada kami, bahwa kalian(istri-istri Rasulullah SAW) telah melakukannya, setelah itu beliau keluar menemui orang-orang." (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha bercahaya dan membagi-bagikan cahaya kenikmatan dan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman serta menyiapkan kebahagiaan yang kekal di surga untuk hamba-hamba yang mengabdi kepada-Nya, menyiapkan pengampunan untuk setiap kesalahan sehingga tiada dosa yang tidak terampuni oleh pengampunan Ilahi, semua dosa dan kesalahan diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana makna sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa semua dosa diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala kecuali dosa syirik, yaitu menyembah kepada selain Allah, namun maksud dari hadits tersebut adalah bahwa syirik termasuk dosa yang tidak diampuni oleh Allah jika seseorang wafat dalam keadaan itu dan belum bertobat atau kembali kepada Islam dan menyembah Allah semata, namun jika ia bertobat dan kembali kepada Islam maka dosanya diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Jadi pada hakikatnya semua dosa diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala, namun terdapat orang-orang yang meninggal dalam keadaan masih membawa dosa dan belum memohon pengampunan kepada Allah maka ia akan mendapat pencucian dosa ketika dalam keadaan sakaratul maut atau ketika ia berada di dalam kuburnya atau di dalam neraka namun pencucian dosa tersebut tidaklah abadi. Karena semua manusia yang mengakui dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad utusan Allah maka ia akan sampai ke surga Allah meskipun di waktu yang terlambat dan sangat lama, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa seseorang yang mengucapkan “Laa ilaaha illaa Allah” tulus dari dalam hatinya maka Allah subhanahu wata’ala mengharamkannya dari api neraka.
DanRasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
حَرَّمَ اللهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ أَثَرَ السُّجُوْدِ
“ Allah subhanahu wata’ala telah mengharamkan api neraka untuk memakan bekas sujud (anggota-anggota sujud)”
Adapun anggota sujud itu adalah dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua kaki. Maka anggota yang digunakan untuk bersujud kepada Allah tidak akan disentuh oleh api neraka, karena Allah telah mengharamkan api neraka untuk menyentuh bekas anggota yang digunakan untuk bersujud. Jika anggota tubuh yang bersujud telah Allah haramkan api neraka untuk menyentuhnya, maka terlebih lagi jika yang bersujud (tunduk kepada Allah) adalah hati, maka sungguh ia akan terhindar dari api neraka dan seluruh siksaan, itulah makna daripada kalimat “Laa ilaaha illallah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
مَن اغْبرَّتْ قَدمَاهُ في سبيل اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلى النَّارِ
“ Barangsiapa yang kedua kakinya berdebu (karena berjalan) di jalan Allah, maka Allah mengharamkannya dari api neraka”
Demikianlah amalan-amalan yang sangat mudah akan terus dan senantiasa menjauhkan seorang hamba dari siksa api neraka . Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al qur’an, yang menjelaskan keadaan hamba-hamba yang selalu berdosa dan bermaksiat kepada Allah, dan disaat sel-sel kulit mereka bersaksi atas dosa-dosa mereka, maka mereka bertanya kepada kulit mereka mengapa ia bersaksi atas dosa-dosa mereka padahal kulit itu bersatu dengan mereka, sebagaimana firman-Nya:
وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ( فصلت : 21 )
“Dan mereka berkata kepada kulit mereka: Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan”. ( QS. Fusshilat : 21 )
Maka berusahalah untuk selalu menjaga diri kita dari perbuatan dosa, dan jika terjebak dalam suatu perbuatan dosa maka segera memohon perlindungan dan pengampunan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا، وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا، وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا، يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا، بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا، يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ، فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ( الزلزلة : 1- 8 )
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” ( QS. Az Zalzalah : 1-8 )
Para ahli tafsir menjelaskan bahwa di hari kiamat bumi akan memuntahkan segala pendamannnya, dan jasad yang telah hancur dan menjadi tulang belulang akan ditumbuhkan kembali oleh Allah subhanahu wata’ala sebagaimana Allah menumbuhkan jasad dari sebuah sel mani, bumi memuntahkannya karena jasad-jasad para pendosa itu memberatkan bumi, maka jasad-jasad itu dikeluarkan oleh bumi untuk menghadap Allah subhanahu wata’ala di padang Mahsyar. Maka ketika melihat kejadian itu manusia kaget dan kebingungan, dimana ketika itu bumi memuntahkan semua manusia yang pernah hidup dari zaman nabi Adam AS hingga manusia yang terakhir hidup hingga hari kiamat. Di hari itu bumi menceritakan seluruh riwayat hidup setiap manusia, dari perbuatan baik dan perbuatan jelek mereka selama mereka hidup di atas bumi, karena perintah Allah kepada bumi untuk menyingkap seluruh kejadian yang ia saksikan atas manusia yang pernah hidup di muka bumi. Di saat itu manusia berdesakan untuk melihat amalan-amalan mereka, karena setiap huruf yang keluar dari bibir seorang hamba, setiap hal apa yang ia dengar atau ia lihat, akan mereka dapatkan balasannya, maka beruntunglah hamba yang memperbanyak istighfar dan berdzikir. Maka amalan baik sekecil apapun pasti akan didapati balasannya, begitu juga sebaliknya perbuatan sekecil apapun akan didapati balasannya. Semua amal perbuatan kita akan kita lihat balasannya kelak di hari kiamat, maka beruntunglah orang yang memperbanyak istighfar memohon pengampunan dosa serta memperbanyak ibadah untuk menutup dosa-dosanya. Dalam sebuah riwayat di Shahih Al Bukhari disebutkan ketika seorang pemuda datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menangis dan berkata bahwa ia telah banyak melakukan dosa dan merasa bahwa ia tidak akan mungkin mendapatkan pengampunan Allah subhanahu wata’ala, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya diam dan tidak menjawabnya, maka Allah subhanahu wata’ala Yang Menjawab dengan firman-Nya:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ (هود : 114 )
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk”. ( QS. Huud : 114 )
Jika kita merasa telah banyak melakukan dosa maka perbanyaklah berbuat kebaikan, dan banyak cara untuk hal ini seperti bersedekah, melakukan shalat sunnah, berdzikir, bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, berbakti kepada kedua orang tua baik mereka muslim atau pun non muslim maka seseorang haruslah tetap berbakti kepada keduanya, namun tidak mengikuti apa yang mereka sembah dari selain Allah. Dan jika seandainya orang tua kita adalah orang yang dhalim, fasiq seperti peminum arak, penjudi, atau pezina dan lainnya maka janganlah mereka dibenci, karena mereka yang bertanggung jawab di hadapan Allah subhanahu wata’ala, sedangkan kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban akan perbuatan mereka, namun kita senantiasa mengingatkan mereka semampunya dengan sopan santun dan cara yang baik, adapun jika kita mengahardiknya maka kita akan mendapat dosa sebagai anak yang durhaka terhadap orang tua, dan jika hal ini terjadi maka keduanya (anak dan ayah) sama-sama berada dalam kedhaliman, maka tetaplah berbuat baik terhadap orang tua yang fasiq, namun senantiasa berusaha semampunya untuk mengajaknya kepada hal-hal yang baik.
Selanjutnya kita bahas hadits yang kita baca tadi, dimana hadits tersebut menjadi dalil atas orang-orang yang membantah bahwa mandi dengan 7 macam air adalah merupakan adat yang syirik. Disebutkan dalam hadits tersebut bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sakitnya mulai parah, beliau meminta air dari 7 buah girbah untuk membasuh tubuh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, girbah adalah sebuah kantong air yang terbuat dari kulit kambing yang salah satu sisinya dijahit dan sisi yang lainnya diikat, yang mana jika girbah itu tertiup angin maka air di dalam girbah itu akan menjadi dingin. Dalam hal ini Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany dalam Fath Al Baari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan bahwa ada sebuah riwayat dari Al Imam Thabrani menjelaskan bahwa yang diminta oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bukanlah air dari 7 Gerbah akan tetapi air dari 7 sumur, namun dalam riwayat Shahih Al Bukhari adalah air dari 7 girbah. Akan tetapi hal ini menunjukkan bahwa mandi dengan air dari 7 sumur bukanlah adat-adat kejawen yang menyimpang dari syariat Islam, namun mandi dari air yang berasal dari 7 sumur adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal tersebut bukanlah hal yang syirik atau bid’ah, akan tetapi orang yang tidak memahaminya mengatakan bahwa hal itu adalah syirik dan bid’ah. Al Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa maksud daripada mandi dengan 7 macam air atau dari 7 sumur yang berbeda atau 7 sumber air yang berbeda adalah sebagaimana manusia diciptakan dari air dan tanah, maka air yang keluar dari tanah yang diambil dari 7 macam atau 7 wilayah yang berbeda maka hal itu membawa kesembuhan untuk tubuh, karena sebagaimana hadits tadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berobat dengan 7 macam air atau 7 gerbah yang berbeda. Banyak hal-hal yang harus kita fahami yang mana banyak kelompok orang yang menentang dan menyelewengkannya, sehingga mengatakan sesuatu yang sunnah sebagai hal yang bid’ah dan lain sebagainya. Sedikit akan saya jelaskan, sebagaimana ada sebagian orang yang menentang saya bahkan mereka memaparkannya dalam sebuah website khusus yang diantaranya “Penyelewengan Habib Munzir tehadap ucapan Al Imam Syafii”, mereka mengatakan bahwa dalam tulisan aslinya Al Imam Syafii berkata bahwa makruh hukumnya membangun masjid di samping kuburan , padahal Al Imam Syafii mengatakan hal tersebut makruh jika bertujuan untuk fakhr (membangga-banggakan) akan tetapi jika bertujuan untuk memuliakan orang shalih yang ada disitu maka hal tersebut merupakan hal yang sunnah, namun ucapan ini tidak mereka sebutkan, mereka hanya menyebutkan perkataan Al Imam Syafii yang memakruhkan membangun masjid di samping kuburan. Adapun makruh secara bahasa bermakna “dibenci”, sedangkan secara syar’i adalah suatu perbuatan yang jika dikerjakan tidak mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan mendapatkan pahala. Akan tetapi ucapan Al Imam As Syafi’I menunjukkan bahwa membangun masjid di sebelah kuburan para shalihin karena memuliakan mereka atau bertabarruk kepada mereka bukanlah hal yang diharamkan. Al Imam An Nawawi memperjelas dalam Syarah Nawawiyah ‘alaa Shahih Muslim bahwa membangun masjid di sebelah perkuburan para shalihin adalah sesuatu yang dianjurkan dengan syarat tidak menjadikan kiblat ke arah perkuburan itu dan tidak menjadikan kuburan tersebut terinjak-injak oleh orang-orang yang melakukan shalat di masjid tersebut, namun yang dilarang adalah jika menjadikan masjid di atas kuburan sehingga orang yang melakukan shalat di masjid tersebut akan menginjak kuburan itu. Kita ketahui bahwa kuburan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga berada di dalam masjid, namun tidak terinjak oleh orang yang berada di dalam masjid karena terdapat batas-batas yang sangat jelas sehingga kita tidak melintasinya apalagi menginjaknya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Mutiara-mutiara keridhaan Ilahi senantiasa menawarkan kasih sayangNya kepada kita, kelembutan-Nya tidak pernah sirna, Yang mana telah berfirman dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari :
إِنَّ عَبْدًا أَصَابَ ذَنْبًا -وَرُبَّمَا قَالَ أَذْنَبْتُ ذَنْبًا- فَقَالَ رَبِّ أَذْنَبْتُ -وَرُبَّمَا قَالَ أَصَبْتُ- فَاغْفِرْ لِى فَقَالَ رَبُّهُ أَعَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِيَ. ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ أَصَابَ ذَنْبًا أو أَذْنَبَ ذَنْبًا، فَقَالَ رَبِّ أَذْنَبْتُ -أَوْ أَصَبْتُ- ذَنْبًا آخَرَ فَاغْفِرْ لِى. فَقَالَ أَعَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِيْ، ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا - وَرُبَّمَا قَالَ أَصَابَ ذَنْبًا -قَالَ رَبِّ أَصَبْتُ- أَوْ أَذْنَبْتُ- ذَنْبًا آخَرَ فَاغْفِرْ لِى فَقَالَ أَعَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِى – ثلاثا- فَلْيَعْمَلْ مَا شَاءَ
“ Sesungguhnya ada seorang hamba yang melakukan dosa, kemudian ia berkata : “Wahai Tuhanku, aku telah berdosa maka ampunilah aku”, maka Allah berfirman : “Tahukah hamba-Ku ini bahwa ia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dosa, maka Aku mengampuni hambaKu”. Kemudian hamba itu berhenti berbuat dosa sesuai dengan kehendak Allah, setelah itu hamba tersebut berbuat dosa kembali, kemudian ia berkata : “Wahai Tuhanku, aku telah berdosa maka ampunilah aku”, maka Allah berfirman : “Tahukah hamba-Ku ini bahwa ia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dosa, maka Aku mengampuni hambaKu”. Kemudian hamba itu berhenti berbuat dosa sesuai dengan kehendak Allah, setelah itu hamba tersebut berbuat dosa kembali, kemudian ia berkata : “Wahai Tuhanku, aku telah berdosa maka ampunilah aku”, maka Allah berfirman : “Tahukah hamba-Ku ini bahwa ia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dosa, maka Aku mengampuni hambaKu”, maka lakukanlah apa yang ia mau”.
Demikian indahnya Rabbul ‘alamin, Yang Maha Baik dan Maha Sempurna yang melimpahakan kasih sayang dan kenikmatan kepada yang beriman atau pun yang tidak beriman, inilah rahasia kelembutan ilahi yang tidak akan kita temukan pada semua makhluk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa tidak ada yang lebih bersabar dari Allah subhanahu wata’ala, dimana hamba-hambaNya selalu bermaksiat kepadaNya namun Dia senantiasa menanti tobat hamba-hambaNya.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ